MENGGUGAT EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH FORMAL
Seorang sarjana, fresh graduet mulai bekerja di sebuah perusahaan asing yang ada di Batam bercerita tentang pengalaman pertama bersosialisasi di tempat kerja. Salah satu topik yang sangat menarik bagi Saya adalah tentang tantangan dalam berkomunikasi dengan sesama pekerja yang berasal dari berbagai negara. Lucu, dan menggemaskan karena harus berkomunikasi dengan aplikasi translator atau menggunakan bahasa isyarat. bukankah sejak dari Sekolah Dasar sudah mengikuti pembelajaran Bahasa Inggris. Mengapa hal ini terjadi ? Adakah dampaknya terhadap kinerja ?. Sejauh mana dampak pembelajaran bahasa Inggris di sekolah terhadap kemampuan berkomunikasi seseorang ?.
Ada
beberapa alasan mengapa seseorang termasuk yang sudah sarjana mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi meskipun telah belajar bahasa Inggris sejak Taman
Kanak-Kanak hingga perguruan tinggi, beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi
antara lain :
1.
Metode
Pembelajaran yang Kurang Efektif:
a. Fokus pada Teori:
Banyak program belajar bahasa Inggris termasuk disekolah sekolah -menekankan pada
pembelajaran tata bahasa, kosakata, dan aturan-aturan lainnya tanpa memberikan
kesempatan yang cukup untuk praktik berbicara dan mendengarkan bagi pembelajar
b. Terbelenggu oleh Target Kurikulum:
Banyak Guru yang sulit merobah paradigma tentang pembelajaran khusunya
pembelajaran Bahasa Inggris. Kurikulum merdeka dengan merdeka belajarnya
memberikan peluang kepada guru untuk mengelola pembelajaran dengan lebih luwes
melalui prinsip pembelajaran berdiferensiasi.
c. Kurangnya Paparan dan Praktik:
Jika siswa tidak cukup terpapar dengan bahasa Inggris dalam konteks sehari-hari
(misalnya, melalui media, percakapan asli, atau lingkungan berbahasa Inggris),
mereka akan mengalami kesulitan dalam menggunakan bahasa Inggris dengan lancar.
d. Terbatasnya Penutur Asli:
Kurangnya kesempatan untuk berbicara dengan penutur asli atau berlatih
berbicara dalam konteks nyata yang bervariasi dapat menghambat kemampuan
komunikasi siswa.
e. Keterampilan Berbicara dan
Mendengarkan yang Kurang Ditekankan: Pembelajaran Terpusat
pada Bacaan dan Penulisan: Jika pembelajaran bahasa Inggris lebih fokus pada
membaca dan menulis tanpa cukup melatih berbicara dan mendengarkan,
keterampilan berkomunikasi secara lisan tidak akan berkembang dengan baik.
2. Kurangnya
Kepercayaan Diri: Rasa takut membuat kesalahan saat
berbicara dapat menghambat kemampuan berkomunikasi. Ini seringkali terjadi jika
siswa tidak mendapatkan motivasi dan umpan balik yang membangun atau dukungan
yang cukup dari guru.
3. Perilaku
Negatif, siswa sering mengejek antar sesama, sikap tidak
terpuji ini menjadi kontra produktif untuk membangun motivasi belajar dan
praktek Bahasa Inggris siswa.
Tidak
semua lembaga pendidikan praktik pembelajaran Bahasa Inggirsnya seperti yang
kita uraikan di atas, namun perlu diakui secara jujur bahwa secara umum
pembelajaran Bahasa Inggris yang diterapkan disekolah-sekolah selama ini ternyata
belum mempu menjawab tantangan dunia kerja di era globalisasi ini. Kasus di
atas merupakan contoh nyata dimana keterbatasan dalam berkomunikasi telah
mempengaruhi kerjasama diantara pekerja yang pada gilirannya akan mempengaruhi
kinerja tim.
Tujuan
pembelajaran bahasa telah dibahas secara luas dalam berbagai teori dan
pendekatan dalam bidang pendidikan bahasa. Berikut adalah beberapa tujuan utama
dari pembelajaran bahasa secara umum menurut berbagai teori :
1. Komunikatif
Approach (Communicative
Language Teaching - CLT). Teori CLT ini menekankan tujuan belajar bahasa
pada kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dalam situasi nyata, bukan
hanya menguasai tata bahasa dan kosakata. Tujuan utamanya adalah untuk
membekali siswa dengan keterampilan berbicara, mendengarkan, membaca, dan
menulis yang relevan dalam konteks sosial dan situasional.
Pendapat
yang sama juga dikemukakan oleh M. J. Asih yang menekankan pentingnya
pengembangan keterampilan berbicara dan mendengarkan dalam pembelajaran bahasa.
Menurutnya, tujuan utama pembelajaran bahasa adalah untuk memfasilitasi
komunikasi yang efektif, baik dalam konteks formal maupun informal. Asih juga
menyoroti perlunya pembelajaran yang mengintegrasikan praktik berbicara dan
mendengarkan dalam situasi nyata.
2. Sociocultural
Theory; Menurut teori ini pembelajaran bahasa bertujuan
untuk mengembangkan keterampilan sosial dan kultural. Teori ini menekankan
bahwa pembelajaran bahasa adalah proses sosial dan kultural. Tujuan dari
pembelajaran bahasa adalah untuk memungkinkan siswa berpartisipasi dalam
komunitas bahasa target dan memahami serta menggunakan bahasa dalam konteks
sosial dan budaya yang sesuai dengan lingkungan. Pendapat ini juga didukung
oleh Dedy N. A. yang mengatakan bahwa pembelajaran bahasa harus memperhatikan
aspek kultural agar siswa dapat berkomunikasi dengan sensitif sesuai konteks budaya dari bahasa yang digunakan.
3. Cognitive
Theory. Pengembangan Proses Kognitif dan Metakognitif, Teori
ini fokus pada bagaimana bahasa diproses secara mental. Pembelajaran bahasa
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan
masalah, dan memonitor proses pembelajaran mereka sendiri.
4. Integrative Motivation Theory. Teori
ini mengatakan bahwa tujuan pembelajaran bahasa adalah untuk memfasilitasi
integrasi dengan budaya target, sehingga siswa tidak hanya belajar bahasa
tetapi juga memahami dan menghargai budaya dan nilai-nilai sosial dari
lingkungan pendukung bahasa target.
5. Pembelajaran Bahasa untuk Kemajuan
Sosial dan Ekonomi. Agak berbeda dengan beberapa
pendapat terdahulu, Bambang W. menyatakan bahwa pembelajaran bahasa memiliki
tujuan yang lebih luas, di dalamnya termasuk mendukung kemajuan sosial dan
ekonomi. Menurutnya, kemampuan berbahasa yang baik dapat membuka peluang kerja
dan meningkatkan daya saing di pasar global, serta membantu dalam proses
integrasi sosial.
Dari
beberapa pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa secara keseluruhan, tujuan
pembelajaran bahasa mencakup pengembangan keterampilan komunikasi, pemahaman
budaya, kemampuan kognitif, serta penguasaan tata bahasa dan kosakata. Berbagai
teori memberikan perspektif yang berbeda mengenai apa yang harus dicapai
melalui pembelajaran bahasa dan bagaimana mencapai tujuan tersebut secara
efektif. Namun demikian tercapainya kemampuan berkomunikasi baik lisan maupun
tulisan merupakan kunci untuk mencapai tujuan-tujuan lainnya.
Melaui pengetahuan dan pemahaman terhadap hal-hal yang menyebabkan seseorang sulit untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris walaupun sudah belajar dari Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi dapat kita kemukakan beberapa alternatif metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajarannya.
1.
Pendekatan
Komunikatif:
a. Berbicara dan Mendengarkan:
Menyediakan banyak kesempatan untuk berbicara dan mendengarkan dalam konteks
nyata. Diskusi, presentasi, dan simulasi percakapan bisa sangat membantu siswa
dalam melatih kemampuan berkomunikasi.
b. Praktik Teratur:
Melakukan latihan berbicara secara rutin dan menghadapi berbagai situasi
berbicara dengan penutur asli atau teman sekelas.
c. Paparan dan Immersi:
Paparan yang Konsisten, mengintegrasikan bahasa Inggris dalam kehidupan
sehari-hari melalui media seperti film, musik, podcast, dan membaca buku atau
artikel.
2.
Lingkungan
Berbahasa Inggris: Menciptakan atau bergabung dengan
komunitas di mana bahasa Inggris digunakan secara aktif, seperti klub bahasa
Inggris atau kelompok diskusi.
3.
Pendekatan
Interaktif: Metode Praktis dan Partisipatif: Menggunakan
permainan bahasa, role-play, dan aktivitas interaktif lainnya untuk membuat
pembelajaran lebih menarik dan relevan.
4.
Feedback
dan Koreksi: Memberiakn motivasi dan umpan balik yang konstruktif serta
melakukan koreksi untuk meningkatkan keterampilan berbicara dan mendengarkan.
5.
Pembangunan
Kepercayaan Diri: Latihan Berkelanjutan: Membantu siswa
merasa lebih percaya diri dengan latihan yang berkelanjutan dan dukungan
positif.
6. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung: Mendorong lingkungan yang mendukung dan bebas dari penilaian negatif sehingga siswa merasa nyaman untuk berlatih dan membuat kesalahan.
Sumber Pustaka:
Anderson, J. R. (1983).
The Architecture of Cognition. Harvard University Press.
Asih, M. J. (2014). Pengajaran
Bahasa Inggris Berbasis Komunikasi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Bambang, W. (2018).
Bahasa dan Pembangunan Ekonomi. Yayasan Obor Indonesia.
Dedy, N. A. (2016).
Pengajaran Bahasa dan Budaya. Pustaka Alvabet.
Ellis, R. (2008). The
Study of Second Language Acquisition. Oxford University Press.
Gardner, R. C. (1985).
Social Psychology and Second Language Learning: The Role of Attitudes and
Motivation. Edward Arnold.
Lantolf, J. P. (2000).
Sociocultural Theory and Second Language Learning. Oxford University Press.
Littlewood, W. (2004).
The Task-Based Approach: Some Questions and Suggestions. ELT Journal, 58(4),
319-326.
Richards, J. C. (2006).
Communicative Language Teaching Today. Cambridge University Press.
Schumann, J. H. (1978).
The Pidginization Hypothesis. Language Learning, 28(2), 345-359.
Vygotsky, L. S. (1978).
Mind in Society: The Development of Higher Psychological Processes. Harvard
University Press.
Komentar
Posting Komentar